Rabu, 28 Oktober 2015

Makalah Filsafat Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam pandangan Islam, sistem nilai yang  jadi pandangan hidup ini menyatu dan identik dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.  Lalu nilai-nilai ajaran itu pula yang akan diupayakan untuk diwujudkan dalam kehidupan yang nyata, antara lain melalui proses pendidikan. Sebagai landasar dasar, Filsafat Pendidikan Islam akan memperkuat bangunan sebuah sistem, pendidikan Islam punya pijakan yang kuat dan jelas. Sementara dalam fungsinya sebagai tujuan, Filsafat Pendidikan Islam ikut memberi kejelasan tentang arah dan target pencapaian yang diprogramkan dalam sistem pendidikan Islam.
Jadi, Filsafat Pendidikan Islam tak dapat dilepaskan hubungannya dari masalah-masalah yang menyangkut pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam, mengacu  pada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa hakikat ilmu pengetahuan?
2.      Bagaimana perintah al-Qur’an untuk mencari, menemukan dan mempelajari ilmu?
3.      Bagaimana cara memperoleh pengetahuan?
4.      Apa sumber dan fungsi pengetahuan?
5.      Bagaimana implikasi terhadap pendidikan?

C.    Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini yaitu:
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui perintah al-Qur’an untuk mencari, menemukan dan mempelajari ilmu.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui cara memperoleh pengetahuan.
4.      Mahasiswa dapat menjelaskan sumber dan fungsi pengetahuan.
5.      Mahasiswa dapat menjelaskan implikasi terhadap pendidikan.
               

BAB II
PEMBAHASAN
PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TERHADAP PENGETAHUAN
           
A.    Hakikat Ilmu Pengetahuan
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali dalam al-Qur’an. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan. Jadi, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.
Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya pengetahuan (ontology) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indra yang bersifat empiris saja, tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai Khaliq (pencipta) pengetahuan tersebut.
Dalam Islam yang Maha Tahu adalah Allah SWT, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”. Manusia hanya mencari dan menemukan pengetahuan. Allah SWT Maha Mengetahui, melalui ayat-ayat Qur’aniyyah dan ayat Kauniah, manusia memberikan interpretasi terhadap ayat Qur’aniyyah dan melakukan penelitian terhadap ayat Kauniah, maka lahirlah pengetahuan keislaman.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan mendengar, melihat, merasa, dan sebagainya yang merupakan bagian dari alat indra manusia. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indrawi dikategorikan sebagai pengatahuan empirik, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting dari seluk beluk adanya pengetahuan yang secara filosofis menjadi bagian dari kajian epistemologis.
Setiap manusia memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah mengalami sesuatu, dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak. Dengan demikian, pada umumnya, manusia memiliki pengetahuan. Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda, tentu dalam menyelesaikan masalahnya, bersumber kepada pengalan yang beragam, sehingga pengetahuan pun menjadi semakin banyak.
Salah satu pengetahuan manusia bersumber dari pengalaman. Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berharga. Oleh karena itu, dalam filsafat, ada yang berpandangan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang utama, dan inilah yang kemudian melahirkan empirisme. Empirisme adalah salah satu aliran dalam filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri.

B.     Perintah Al-Qur’an Untuk Mencari, Menemukan Dan Mempelajari Ilmu
            Perintah al-Qur’an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek:
1.      Al-Qur’an Menyuruh Manusia Menggunakan Akal
Ratio (akal) adalah salah satu dari perangkat anugerah (hidayah) yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Menurut Syekh Muhammad Abduh, anugerah (hidayah) yang diberikan oleh Allah kepada manusia meliputu: 1). Akal dan 2). Qalb (hati).
Firman Allah SWT :
Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS.22:46)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS.3:190)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah al-Qur’an itu?”. (QS. 7:185)
2.      Al-Qur’an Menyuruh Manusia Meneliti Alam Semesta
Alam semesta (universum, kosmos, ul-kaun) merupan realitas yang dihadapi manusia, yang sampai kini baru sbagian kecil yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagian terbesar masih merupakan suatu misteri, yang tidak dikenal oleh manusia betapapun kemajuan yang telah mereka capai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi seorang ilmuwan yang mengetahui betapa luasnya alam semesta ini akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Betapa hebatnya manusia, Ia tidak akan mampu mengetahui segala realitas yang ada di alam ini. Bahkan seorang ilmuwan yang beriman akan menyadari bahwa setiap ilmunya bertambah, atau setiap ia menemukan hal-hal baru, ia akan semakin bertambah sadar bahwa apa yang telah diketahuinya barulah setitik dari alam semesta yang begitu luas.
Al-Qur’an menyuruh manusia meneliti alam semesta ini adalah agar manusia mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya demi kepentingan manusia sendiri. Sebab tanpa meneliti dan mengkaji alam itu manusia tidak akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia di dunia ini semakin lama semakin bertambah banyak. Apalagi manusia semakin berkembang biak memadai bumi sehingga mereka harus berjuang untuk mengatasi berbagai problema yang diakibatkan oleh pertumbuhannya itu. Salah satu dari akibat itu adalah berkurangnya sumber-sumber kehidupan di alam yang sudah diketahui oleh manusia. Oleh kaenanya, manusia harus berupaya dengan sekeras-kerasnya untuk menemukan sumber-sumber baru buat kelanjutan hidup mereka.
Menurut Zakiah Daradjat, diantara faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa aktif meneliti alam ini adalah karena terdapat semacam rasa ingin tahu dalam diri manusia yang memerlukan perwujudan dalam bentuk tanya dan pikir. Rasa ingin tahu sebagai tabiat manusia itu mendorong mereka untuk mempertanyakan berbagai macam realitas yang dihadapinya kemudian berusaha mencari jawabannya sendiri.
Maka al-Qur’an banyak menganjurkan kepada manusia untuk meneliti alam semesta, mengkaji realitas-realitas yang ada didalamnya agar manusia menemukan dan menyingkap tabir-tabir  rahasia kehidupan yang dapat mengangkat derajat dan mutu kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan Yang diberikan wewenang penuh untuk mengatur dunia ini.
Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menyuruh untuk memiliki alam semesta ini, yaitu firman Allah SWT :
Artinya : Katakanlah : “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. 10 : 101)
Artinya : Tidaklah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukan malam ke dalam siang dan memasukan siang ke dalam malam dan Dia tundukan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang di tentukan, dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 16 : 29)
Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana, ombak dilautan yang dapat menjadi energi bagi para peselancar, angin dimanfaatkan untuk terjun payung, air deras yang dibendung untuk pembangkit listrik, dan banyak manfaat yang dengan mudah semakin meningkatkan taraf hidup manusia. Belajar dari alam semesta adalah tujuan hidup manusia dan secara filosofis kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan muridnya, pendidik dengan anak didik, bahkan alam semesta bagaikan literatur yang amat luas dan kaya dengan informasi yang aktual. Alam mempertontonkan karyanya yang dinamis kepada manusia yang berniat belajar seumur hidup.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Mulk Ayat 3:
Artinya : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (Q.S Al-Mulk:3)
Ayat diatas menegaskan karya Tuhan yang indah dan sempurna. Alam semesta ini, sebagaimana tujuh lapis langit, dan planet-planet, diciptakan Tuhan dengan hukumnya yang pasti.
Allah SWT pertegas lagi dalam Q.S Nuh : 15
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?”.  (Q.S Nuh:15)
                                                       
C.    Cara Memperoleh Pengetahuan
            Dalam filsafat  ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan epistimologi. Dalam epistiologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua cara; Pertama melalui usaha manusia, kedua yang diberikan oleh Allah SWT.
Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha manusia ada 4 jenisnya, yaitu :
1.      Pengetahuan empiris yang diperoleh melalui indra;
2.      Pengetahuan sains yang diperoleh melalui indra dan akal;
3.      Pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui akal;
4.      Pengetahuan intuisi yang diperoleh melalui qalb.
            Sedangkan pengetahuan yang diberikan oleh Allah SWT berupa :
1.      Wahyu yang disampaikan kepada para rasul;
2.      Ilham yang di terima oleh akal;
3.      Hidayah yang diterima oleh qalb manusia.
     Melalui dua cara tersebut, berkembangkanlah ilmu keislaman dari masa ke masa. al-Qu’an sebagi kumpulan wahyu Allah SWT merupakan kumpulan sumber-sumber pengetahuan Islam yang dapat digali sepanjang masa, di tambah lagi dengan hadits-hadits Rasullulah SAW yang di dalmnya terdapat prinsip-prinsip dasar berbagai cabang Ilmu Pengetahuan, Allah SWT  befirman :
Artinya : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia member kamu pendngaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. 16 : 38)
            Dari ayat di atas, dapat di pahami cara memperoleh pengetahuan dengan cara pendengaran, penglihatan dan akal. Dengan cara menggunakan otensi yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Disamping  itu, pengetahuan juga dapat diperoleh melalui jalan Hidayah dari Allah SWT.
D.      Sumber Dan Fungsi Pengetahuan
Dalam Islam, sumber pengetahuan utama adalah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Tuhan kepada Rasul dan Nabi.
Al-Qur’an di samping mengandug petunjuk-petunjuk dan tuntunan-tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga mengandung petunjuk yang dapat sebagai pedoman untuk mengolah dan menyelidiki alam semesta, mengerti gejala dan hakekat hidup yang di hadapinya. Allah berfirman :
Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seprti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka di himpun. (QS. 6 : 38)
Ayat di atas memberikan informasi bahwa al-Qur’an itu terdapat prinsip-prinsip dasar tentang berbagai aspek kehidupan keduniawian dan keakhiratan. Untuk itu, manusia berkewajiban untuk mencari dan menggali dari prinsip-prinsip dasar dalam al-Qur’an dengan menggunakan kemampuan-kemampuan ijtihad dan daya analisa yang terdapat dalam diri manusia. Oleh karena itu, al-Qur’an tidak kering-kering memberikan pengetahuan kepada manusia dan pengembangan berbagai bidang kehiduan manusia. Sehingga al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari alam, dalam artian saling berdampingan.
Adapun fungsi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk berubudiyah kepada Allah;
2.      Untuk membedakan yang hak dan yang bathil;
3.      Sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhrat.
Rasulluloh SAW bersabda :
Artinya : “Siapa yang bermaksud urusan di dunia maka harus dengan ilmu, siapa yang bermaksud untuk keduanya harus dengan ilmu”. (HR. Muslim)

E.       Implikasi Terhadap Pendidikan
Dengan memperhatika motivasi al-Qur’an untuk menuntut ilmu, cara-cara mendapatkan ilmu dalam Islam, dan al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka lembaga pen,,didikan Islam harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-Qur’an. Al-Qur’an tidak ubahnya seperti suatu samudera ilmu pengetahuan, semakin sanggup manusia mengarunginya makan semakin banyak pula hasil yang diperolehnya. Di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan, Lembaga pendidikan harus menggali sumbernya dari al-Qur’an  berupa ayat Quraniyah dan Kauniyah.
Lembaga pendidikan Islam harus menanamkan kepada pserta didik bahwa usaha untuk mempelajari, menggali da mengaplikasikan ilmu yang di perolehnya itu dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT sebagai khaliq (pencipta) ilmu pengetahuan.
Karena semua ilmu tersebu bersumber dari Allah SWT, maka dimana ilmu yang berguna bagi kehidupan di dunia dan akhirat wajib dipelajari, dan merupakan Kurikulum Lembaga Pendidikan Islam oleh karena itu, di lembaga pendidikan Islam tidak boleh ada dikotomi ilmu agama dsn ilmu umum, karena semua ilmu itu adalah ilmu keislaman.













                                                      BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Ilmu Pengatahuan adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi, maupun aksiologi di dalam Islam tidak di anggap ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Fungsi Ilmu pengetahuan dalam adalah sebagai pembeda antara yang hak dan yang bathil, sebagai modal kebenaran dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Segala pengetahuan adalah berusmber dari Allah SWT, maka dimana ilmu yang berguna bagi kehidupan di dunia dan akhirat wajib dipelajari.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha dengan semaksimal mungkin namun, kami sadar meskipun demikian tetap terdapat suatu kesalahan ataupun kekurangan, kami mohon kepada rekan-rekan dan dosen untuk memberikan saran dan masukan agar makalah kami lebih baik lagi. Dan akan lebih baik dari sebelumnya.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar